Mengapa Harus Kaos yang Terpajang di Distro? – Kaos konveksi bandung adalah lambang kebebasan. Busana atasan tanpa leher berbahan kain fleksibel ini sejak awal kemunculannya memang identik dengan cowok. Banyak orang menyebut kaos dengan sebutan kaos oblong. Mungkin dikarenakan kaos termasuk baju dalaman (under shirt) cowok pada awalnya. Lalu mengapa harus kaos yang menjadi baju dalaman cowok?
Peradaban manusia mengenal fashion sebagai identitas pribadi dan gengsi. Bangsawan-bangsawan Eropa menunjukkan identitas dan gengsi pribadinya dengan mengenakan busana-busana megah. Meski terkesan tidak nyaman dipakai, tapi mereka bertahan demi sebuah gengsi.
Sejarah Kaos Distro
Bagi bangsawan cewek yang tidak beraktivitas terlalu banyak di luar, pasti gak terlalu direpotkan dengan busana megah yang dipakainya. Tapi bagi cowok, hal demikian sangat mengganggu mobilitas pekerjaannya yang kebanyakan beraktivitas di luar ruangan. Maka untuk membuat nyaman pakaian yang dikenakannya, cowok melapisi pakaian megahnya dengan baju dalaman (under shirt) berbahan fleksibel.
Tentara Amerika dan Inggris Berjasa Mempopulerkan Kaos Oblong
Tentara Amerika dan Inggris adalah orang yang berjasa mempopulerkan kaos oblong sebagai baju dalaman untuk pertama kali pada abad 19. Sifat bahan kaos yang lentur, menyerap keringat dan fleksibel sanggup membuat nyaman pemakainya dalam situasi apa pun. Apalagi bagi tentara yang mobilitasnya sangat tinggi di arena pertempuran.
Keberadaan kaos menjadi semakin populer di dunia fashion ketika aktor-aktor ternama seperti Marlon Brando dan James Dean memakainya di film-film mereka pada era tahun 1947 -1961. Gaya cool plus macho Brando dan Dean membuat imej tersendiri pada kaos sebagai produk fashion yang identik dengan laki-laki gagah.
Cewek-cewek hysteria la massale begitu melihat para bintang terkenal itu hilir mudik dengan kaos oblong ketat yang membalut tubuh sempurna mereka.
Kaos Oblong Tak Lagi Dijadikan Baju Dalaman Pria
Kaos pun menggebrak dunia sebagai gaya fashion baru anak muda. Kaos tak lagi digunakan sebagai baju dalaman, tapi sudah berganti peran menjadi baju luaran yang trendi.
Anak-anak muda Eropa dan Amerika sudah tak segan lagi memakai kaos sebagai busana utama. Kepopuleran kaos kian menggila setelah kaum hippies dan bintang-bintang rock menggunakannya dalam setiap pertunjukan. Kaos oblong pun bermetamorfosis menjadi busana gaul yang up to date dari masa ke masa.
Jika di awal kemunculannya hanya berwarna putih dan berbahan tipis, maka seiring perkembangan zaman, kaos distro sudah berevolusi menjadi berbagai warna, bahan, bentuk, dan desain.
Kaos di Indonesia
Kaos mulai masuk ke Indonesia karena dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda. Beda dengan di Amerika dan Eropa yang sudah menjadikan kaos sebagai busana utama karena dipopulerkan bintang-bintang film, maka orang-orang Indonesia baru mengenal kaos sebagai pakaian dalam. Baru pada tahun 1980-an, dunia fashion Indonesia menjadikan kaos booming konveksi murah sebagai busana luar yang trendi.
Di tangan-tangan kreatif anak-anak Indonesia, kaos diubah menjadi produk-produk fashion yang unik. Brand-brand lokal meluncurkan produk-produknya dengan desain unik dan gaul. Di Bandung dipelopori oleh Caladi 59 (C-59). Ada Joger di Bali dan Dagadu di Jogjakarta.
Perusahaan-perusahaan besar pun ikut memproduksi kaos untuk segmen pasar tertentu. Ada Hammer, Poshboy, Osella, Walrus dan sebagainya. Semua ramai-ramai memproduksi kaos konveksi bandung dengan desain unik dan menarik.
Mengapa harus kaos yang terpajang di distro? Jawabannya tentu karena distro identik dengan kaum muda sebagai pangsa pasar utamanya dan sejarah distro sendiri berawal dari produk kaos bersablon gambar bernuansa musik rock. Jadi tak salah jika distro menjadikan kaos sebagai produk utama yang dijajakan. Setiap orang mendengar kata distro, pasti ingatannya langsung tertuju pada kaos konveksi murah. Kalau pun sekarang banyak distro yang melengkapi dagangannya dengan apparel jenis lain, itu hanya untuk diversifikasi produk.